09
Mei
08

Training SC Tingkat Nasional

Training Senior Course (SC) Tingkat Nasional Bakorda BPL HMI Badko Jateng-DIY bekerjasama dengan BPL HMI Cabang Surakarta

Nama Kegiatan

Training Senior Course (SC) Tingkat Nasional Bakorda BPL HMI Badko Jateng-DIY bekerjasama dengan BPL HMI Cabang Surakarta

Latar Belakang Kegiatan

Kejumudan menjadi kata akhir dari setiap perbincangan perkaderan di HMI. Baik dalam perbincangan pergerakan, organisasi maupun pemikiran keumatan kebangsaan, kejumudan menjadi hasil akhir pertbincangan. Telah sekian lama organisasi ini terjerembab dalam kebekuan pikir. Pasca Nuscholis Madjid, Ahmad Wahib, Johan Effendi yang muncul sebagai generasi pendobrak tradisionalism pemikiran Islam, generasi tokoh dan Politisi semacam Akbar Tanjung, Fuad Bawazier, Ismail Hassan Metarium, kita telah kehilangan beberapa lembaran masa dan decade. Imbasnya bahwa saat ini kita telah kehilangan profil perkaderan yang iinginkan oleh organisasi-negara-bangsa ini.

Aktivitas panjang dari organisasi HMI telah mengalami masa-masa kejumudan. Baik dalam tataran ide dan tindakan (praksis) maupun kejumudan dialektika. Dibeberapa hal terjadi akibat adanya keterputusan nilai idealitas dan tataran tindakan dan pola perbuatan. Keterputusan epistemology ini terjadi akibat kurang kuatnya bangunan dasar ontologis yang dibentuk oleh organisasi ini. Menjadi PR besar bagi lembaga perkaderan di lingkup HMI untuk menjadi garda depan proses ideologisasi organisasi ini. Artinya jika proses ideologisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya maka lumprah jika proses tindakan kader akan berjalan tanpa batasan yang semestinya.

Dalam konteks perkaderan HMI maka ada beberapa koreksi yang harus dilakukan berkaitan dengan kesesuaian antara konsep perkaderan dengan capaian kader yang diinginkan oleh HMI. Mengibaratkan konsep perkaderan HMI yang ada saat ini, tentu saja tidak bisa diibaratkan sebagai mesin yang mampu mencetak kader sesuai cetakan yang diinginkan. Meskipun idealnya hasil harus identik dengan blueprint yang diinginkan dari cetakan tersebut.

Memandang proses perkaderan bukanlah mengidentikkan mesin produksi dari industri yang melahirkan produk sesuai prosesannya. Dan fungsionaris perkaderan (para ideology, trainer) bukanlah buruh pabrik yang hanya menjadi pengawas proses yang berjalan. Mengidentikkan proses perkaderan dengan mesin sama saja menempatkan perkaderan kita sebagai sebuah bentuk aktivitas passif yang berjalan. Sehingga cetakan perkaderan adalah cetakan passif yang anti dialektik dan cenderung menempatkan perkaderan sebagai bentuk penunggalan dimensi hasil olahan manusia. Disadari atau tidak kejumudan organisasi ini telah menempatkan ruang-ruang perkaderan sebagai aktivitas jumud dan sama sekali tidak menarik karena hanya menjadi formalitas organisasi yang sama sekali tidak diberi gambaran visioning.

Pada akhirnya pedoman perkaderan memang hanya menjadi ruang yang sama sekali tertutup dari proses dialektika bagi pengembangan organisasi ini. Sekali lagi jika diibaratkan mesin, maka perkaderan HMI adalah mesin yang dipaksa menghasilkan kader-kader dengan prototype sama dan sebentuk meskipun tuntutan kebutuhan sudah berubah. Sebagai penggambaran sederhana, definisi tentang kader pembela Mustadz’afin harusnya kontekstual bukan tekstual unhistoris. Sebab selayaknya bahwa jaman meniscayakan perubahan. Kondisi perjuangan kemerdekaan, pembangunanisme tentu pembacaannya berbeda dengan kondisi kungkungan globalisasi dan neoliberalisme seperti yang terjadi saat ini. Jika tidak alih-alih menciptakan generasi profetik (kenabian) yang membela kaum tertindas dan lemah, malah perkaderan HMI hanya menjadi salah satu fungsi Ideological state apparatus (ISA) Negara sebagaimana diungkapkan oleh Louis Althusser, bersama-sama dengan institusi-institusi lainnya seperti keluarga, agama, sekolah dan lain-lain. ISA bekerja berdampingan dengan Repressive State Apparatus (RSA) yaitu militer dan kepolisian. Padahal State sudah bergeser dari statusnya sebagai The Guard of Nation menjadi The Guard of Capital. Mencermati hal tersebuit tentu saja seharusnya pembacaan perkaderan HMI harus pula bergeser.

Sebagaimana yang tertuang dalam pedoman perkaderan disebutkan bahwa definisi tentang dimensi kekhalifahan sebagaimana yang diinginkan dari perkaderan HMI meliputi tugas-tugas kenabuan untuk membentuk masyarakat yang menjunjung tinggi persaudaraan universal (universal brotherhood), egaliter, demokratis, social justice, dan berkeadaban (social civilization) serta istiqomah untuk memperjuangkan pembebasan kaum tertindas (mustadz’afin). Perkaderan HMI memang menuntut terbentuknya profil kader Profetik yang berpihak pada masyarakat salnya terbentuk. Sebab organisasi ini bukan semata organisasi perjuangan melainkan juga organisasi perjuangan.

Menjadi dialektika menarik ketika definisi tentang profil khalifatullah fiil ard ini kita hubunganbkan dengan kutipan berikutnya dari pedoman Perkaderan HMI bagian 3.3 tentang pengabdian kader disebutkan sebagai berikut :

dalam rangka meningkatkan upaya mewujudakan masayarakat adil dan makmur yang diridloi oleh Allah swt, maka diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pengabdian kader. Pengabdian kader merupakan penjabaran dari pernan HMI sebagai organisasi perjuangan.

Terjadi pergeseran yang sangat tajam seperti yang terjadi pada state, di awal berdirinya adalah ideologi keberpihakan kepada kelas tertindas tapi kemudian bergeser menjadi Apparatus pembangunanisme orde baru. Bahkan setelah rezim orde baru tumbang dan bergeser ke masa yang katanya reformasi, Perkaderan HMI tidak mengalami pergeseran yang berarti. Kita tidak menemukan bentuk baru atas profil perkaderan kita selain penyiapan sekrup-sekrup kekuasaan baru.

Catatan dari pedoman pengkaderan di atas hanya sebagian teks-teks normatif yang bisa ditelusuri untuk mencari titik perselingkuhan HMI dengan pembangunanisme. Nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang menjadi basis teologis HMI misalnya, dengan epistemologi bayani-nya sangat teosentris dan teologinya adalah teologi pembangunan, bukan teologi perlawanan atau semacamnya.

Lebih dari itu akibat pengaburan ISA dalam teologisasi Perjuangan HMI ini HMI tidak lagi memiliki karakter kader yang mampu menjawab kebutuhan profetik jaman. Bisa jadi inilah jawaban atas pertanyaan keterputusan epistemologis HMI. Kita tidak memiliki gambaran karakter yang nyambung dengan landasan epistemologis yang kita pilih sendiri. Mau tidak mau kita harus mengatakan bahwa ada persoalan di konseptual perkaderan kita.

Apa akibat dari ketidakyambungan epistemologis ini? Beberapa gambaran realitas obyektif yang terjadi di organisasi menempatkan ruang perkaderan sebagai aktivitas organisasi yang harus dilalui untuk mencapai targetan structural yang ada di organisasi. Bukannya mengatakan hal tersebut tidak baik, tetapi dalam konteks ideal hal tersebut selayaknya menjadi konsekuensi bukan keniscayaan (necessity). Inilah alasan bahwa ruang perkaderan hanyalah menjadi milik beberapa orang yang tersadarkan dan tidak terlalu merasa butuh akan ruang pengembangan struktrur sebagai bentuk mobilitas vertical kader HMI. Bukankah memang para ideology di HMI selamanya hanya akan menjadi polisi demarkasi kebenaran organisasi ini. Kalaupun sudah tidak menjadi anggota HMI (alumni) maksimal hanya mentok menjadi tokoh pemikiran anama atau bapak bangsa ini. Lihat saja profil kader Johan Effendi, Moeslim Abdurrahman dsb. Bukankah kader HMI lebih bangga menyebutkan profil kader politik dibandingkan menyebutkan profil kader seperti beliau berdua.

Fakta lainnya bahwa kader kita tidak lagi ada yang mampu menjadi Ummy bagi para kaum tertindas, tidak terdidik, kaum miskin yang mampu menyimbol menjadi ikon perkaderan HMI. Beberapa pilihan kader HMI untuk berjuang di kelompok marginal hanya jadi pilihan pahit yang jarang dilirik.

Tentu saja kalau boleh jujur mengatakan, tidak ada ummy yang mengebiri hak-hak anaknya sendiri, apalagi mengangkangi, membodohi dan menjadikan anaknya sebagai batu loncatan bagi keberhasilan vertikalnya sendiri. Jika ingin mencontoh peran nabi sebagai ummy bagi kaumnya maka selayaknya kader HMI harus dicetak menjadi kader-kader yang siap untuk kembali ke basis asalnya, yakni kaum tertindas (mustadz’afin).

Pertanyaannya apa yang harus dilakukan ditengah kondisi kejumudan (akibat aktivitas passif) ini.

Ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan penting. Pertama bahwa kondisi harusnya tidak membuat kita menjadi stagnan. Minimal menjadi stagnan dalam bergerak dan kritis terhadap kondisi ini. Apapun alasannya pilihan untuk bergerak dan idealis adalah harga mati untuk membangun kembali perkaderan HMI ini. Kedua bahwa kita harus mulai meluruskan kembali konsep-konsep ketidaknyambungan arah ini menuju jalan yang semestinya. Selama HMI tidak bisa menjawab tantangan kebutuhan maka selamanya pula HMI tidak lagi menjadi Harapan Masyarakat Indonesia, sebagaimana yang diungkapkan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. HMI hanya akan menjadi katub politik baru bagi mobilitas vertical kader-kadernya. Selayaknya pembentukan kader profetik yang menjadi ummy bagi kelas social dan masyarakatnya menjadi pilihan atas kejumudan ini. Dan awal dari langkah tersebut adalah membangun basis perkaderan yang profetik dan mampu menjawab tuntutan kebutuhan kaum Mustadz’afin Negara bangsa ini.

Persoalan kejumudan, stagnasi dialektika, pengarastunggalan perkaderan structural politis, tarikan kepentingan Negara dalam balutan ISA memang menjadi kepastersendiri dari aktivitas perkaderan kita. Dan itu bukanlah persoalan yang bisa selesai satu atau dua hari lamanya. Bahkan dalam hitungan tahun belum tentu bisa teratasi.

Meminjam kembali istilahnya Sartre, kita harus melakukan passivitas aktif. Kita harus aktiv ditengah cetakan pasif yang ada ini. Artinya kita membangun kembali egalitarian perkaderan dan pengembalian konsepsi perkaderan ke dasar awal kelahirannya. Mengembalikan perkaderan menjadi sosok dan profil yang profetik, ummy sebagaimana yang diamanatkan oleh landasan teologis organisasi ini. Perkaderan yang siap mencetak kader-kader basis yang mampu menjawab kebutuhan marginalisasi masyarakat.

Wilayah perkaderan Himpunan yang ujung tombknya ada di Badan Pengelola Latihan (BPL) harus menyiapkan dirinya menjadi para pendidik dan ideolog yang siap membebaskan kader dari keterkungkungan sistim dan kapitalistik idelogi Negara. Dan tentu saja langkah pertamanya adalah menyiapkan tenaga-tenaga tersebut.

Training SC yang didahului dengan seminar perkaderan tentang penggagasan definisi Mustadz’afin Perkaderan HMI semoga menjadi langkah awal yang mencoba menjawab keterputusan epistemologis ini.

Tema Kegiatan

‘Passivitas Active’

Mendobrak Kebuntuan Perkaderan HMI.

Maksud dan Tujuan

Seminar umum memformat Perkaderan:

ÿ Redefinisi Peran Perjuangan dan Perkaderan HMI guna penemuan Profil Perkaderan.

ÿ Pembangunan jaringan strategis perkaderan HMI kedepan

ÿ Kerangka kerja bersama

Training SC:

ÿ Regenerasi tenaga trainer HMI pada umumnya dan HMI Cabang Surakarta pada khususnya.

ÿ Membentuk tenaga training yang mendukung upaya pembangunan karakteristik kader perjuangan HMI

ÿ Memberikan pemahaman dan kemampuan teknis pengelolaan latihan baik formal organisasi maupun training lainnya.

Sasaran Kegiatan

Target yang ingin dicapai dalam Seminar umum memformat Perkaderan:

ÿ Terbangunnya lingkar jaringan perkaderan dan kerangka kerja bersama Perkaderan Profetik Kerakyatan HMI.

ÿ Tercetaknya tenaga trainer HMI yang memiliki pemahaman dan kemampuan teknis pengelolaan latihan baik formal organisasi maupun training lainnya.

Sasaran yang ingin dicapai

ÿ terbentuknya jaringan lingkar perkaderan HMI yang Profetik Kerakyatan

ÿ Stake Holder Perkaderan HMI pada umumnya dan HMI Cabang Surakarta pada khususnya

ÿ Terbentuknya para peserta menjadi tenaga training yang handal dalam pengelolaan training formal HMI maupun training lainnya.

Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan ini meliputi dua hal kegiatan:

Seminar umum memformat perkaderan berbentuk diskusi panel, diskusi partisipatoris, dll yang disepakati oleh peserta yang berorientasi pada pembangunan jaringan lingkar perkaderan. Sebagai tindak lanjut kegiatan ini adalah pengelolaan jaringan yang konsepnya disepakati oleh para peserta, bisa berupa web site bersama, kajian rutin bersama, kerangka kerja bersama dan lain-lain.

Training Senior Course berupa kegiatan diskusi, ceramah partisipatoris, simulasi, pertrainingan semu.

Pelaksanaan Kegiatan

Seminar bertempat di Aula Dewan DPRD Kabupaten Karanganyar

Training SC bertempat di Balai Latihan DISNAKERTRANS Propinsi Jawa Tengah

Kegiatan akan dilaksanakan pada hari Ahad – Ahad, 25 mei 2008 sampai dengan 1 juni 2008

Peserta Kegiatan

Peserta Seminar

ÿ Stake Holder Perkaderan HMI (PB HMI, Bakornas BPL, Bakorda BPL Jateng-DIY, Badko Jateng DIY, Cabang-Cabang, Komisariat di lingkup HMI Cabang Surakarta dan Sukoharjo)

ÿ Perwakilan BPL yang diundang

ÿ Alumni HMI

ÿ Undangan Umum Lainnya

ÿ Masyarakat

Peserta Training SC

Delegasi HMI Cabang Se-Indonesia yang diundang

Susunan Panitia

Terlampir

Estimasi Dana

Terlampir

Susunan Acara

Terlampir

Persyaratan Peserta

Terlampir

Penutup

Kegiatan ini merupakan wujud kepedulian kami terhadap proses perkaderan di HMI yang mengalami masa kejumudan. Semoga ini menjadi passivitas aktif atas aktivitas passif perkaderan yang telah berlangsung cukup lama.

Dalam melaksanakan kegiatan ini, tentu saja peran serta berbagai pihak sekalian sangatlah kami harapkan demi kelancaran kegiatan ini, baik selama proses pelaksanaan kegiatan ini maupun kedepan dalam rangka pengembangan jaringan strategis perkaderan Profetik.

Semarang, 26 Rabiulawal 1429 H

3 April 2006 M

Panitia Pelaksana

Seminar Umum dan Training SC

tingkat Nasional

BAKORDA BPL BADKO HMI JATENG–DIY

BPL HMI Cabang Surakarta

M Ali Ridho Rizkyasri Suminar Putri

Ketua Sekretaris

Mengetahui,

BAKORDA BPL

BADKO HMI Jateng-D.I.Y

RAHMAD WINARTO

DIREKTUR

LAMPIRAN

SUSUNAN PANITIA

Penanggung Jawab

Katua Umum Badko HMI Jateng-DIY : Arif Gunawan

Direktur Bakorda BPL HMI Jateng-DIY : Rahmad Winarto

Direktur BPL HMI Cabang Surakarta : Huda Hardiyanto

Panitia Pelaksanaan

Master Of Training

Rahmad Winarto

Imam Subqi

Huda Hardiyanto

Caur Riris YP

Muhammad Zainal Arifin

Steering Committee

Agus Setiyoko

Endang Retnoningsih

Eko Prasetyo

Eko Syamsudin

M Hassan Qulyani

Eka Nada Shofa A

Abdul Hamid Prihadmono

Habibie

M Ali Ridho (ex officio)

Organizing Committee

Ketua Panitia

M Ali Ridho

Sekretaris

Rizkyasri Suminar Putri

Bendahara

Qurrota A’yunin

Sie Acara

Yaser Arafat

Rocky Haris

Aldian Andrew Wirawan

Dwi Iswandari

Okky Media Fajar

M Syaifuddin

Sie Konsumsi

Ipho Adhit

Rafita

Aviv

Tri W

Sie Dekorasi, Dokumentasi dan Publikasi

Tengku Marliansyah

M Solichin

Mayang Mayurantika

M Hayin Amin

Sie Perijinan

Sufyedi

Refi

Ronggo

Sie Dana Usaha

Dimas Nizar

Didit Suryo Leksono

Tony Wicaksono

Anung Razaini

Fajar

M Saiful

Sie Perlengkapan

Buyung

Brestyara Ganindya

Asisca

Lampiran

MANUAL ACARA

Seminar umum

Memformat Gerakan HMI

Masa Depan

Tanggal pelaksanaan

Materi pelatihan

Penanggung jawab

Minggu

25 Mei 2008

07.00 – 08.00

Registrasi Peserta

Panitia

08.00 – 09.00

1. Acara Pembukaan

2. Pembukaan

3. Pembacaan Ayat Suci Al Qur’an

4. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne HMI

5. Sambutan-sambutan

· Ketua panitia

· Direktur BPL

· Direktur BAKORDA BPL

· Katua Umum BADKO HMI sekaligus membuka Acara

6. Doa

7. Penutup

panitia

09.00 – 12.00

Seminar I

Menuju Peran Strategis Mahasiswa dalam pembangunan civil society

(curah pendapat dengan stake holder dan masyarakat)

Ketua DPRD Karanganyar

Ibnu Mahmud (Ketua MASIKA ICMI Pusat)

Ibnu Subarkah (Perwakilan Generasi Muda)

M Yamin (Akademisi, Dekan FH UNS)

Steering Commite

12.00 – 13.00

Ishoma

13.00 – 17.00

SEMINAR II

Format Kepemimpinan Masa Depan

(Dalam Kerangka Keumatan-Kebangsaan)

1. Dr. Akbar Tanjung (Tokoh Nasional)

2. DR. Aidul Fitrisiada Azhari, SH. MH.(Pengamat Politik dan Hukum, Dekan FH UMS)

3. Prof. Dr. Ustman Abu Bakar (Ketua STAIN Surakarta)

Steering Commite

17.00 – 19.30

Ishoma

19.30 – 23.00

SEMINAR III

Kebangkitan Nasional dan Kepemimpinan Bangsa Masa Depan (Refleksi atas 100 tahun kebangkitan nasional)

1. MT Arifin (Pengamat Militer Nasional)

2. Arya Bima (Tokoh Nasional)

3. M Yulianto, S.Sos, M.Si. (Mantan Ketum BADKO HMI Jateng-D.I.Y)

Steering Commite

23.00 – 02.00

Akan dibawa kemana Perjuangan Organisasi Ini

Ahmad Natsir, Imam Syafi’i, Sukri SM, Arief Babhair

(membincang Gerakan HMI dan Format Perkaderannya)

Steering Commite


Lampiran

MANUAL ACARA

Tanggal pelaksanaan

Materi

Mentor dan Pembicara

Screening Peserta

Kamis – sabtu

22 Mei – 24 Mei

Minggu, 25 Mei 2008

08.00 – 09.00

Pembukaan

Panitia

Mengikuti rangkaian acara seminar

Senin, 26 Mei 2008

08.00 – 09.00

Kontrak belajar

09.00 – 12.00

Pengantar Filsafat Pendidikan

Rohadi (Insist Jogja, SUSDEK LPTP)

12.00 – 13.00

Ishoma

13.00 – 15.00

Didaktik Metodik

Prof Dr. Rafik Karsidi

(PR I UNS, Mantan Ketua BADKO Jateng-D.I.Y)

15.00 – 15.30

Isho

15.30 – 17.30

Metode Ice Breaking

Sakdiah Makruf (Pegiat LSM Kakak)

17.30 – 19.30

Ishoma

19.30 – 22.30

Metode Andragogi

Dodot Widodo

(Mantan Bendum Badko HMI Jateng-DIY)

22.30 – 24.00

Simulasi dan Aplikasi Teori

Team

24.00 – 08.00

Istirahat

Selasa, 27 Mei 2008

08.00 – 12.00

Aplikasi Pedoman Perkaderan HMI

Hasbullah

Ketua Umum Bakornas BPL

12.00 – 13.00

Ishoma

13.00 – 15.00

Sistim Evaluasi Training

Hasbullah

Ketua Umum Bakornas BPL

15.00 – 15.30

Isho

15.30 – 17.30

Panduan menjadi fasilitator FGD

Ermy Sri Ardhiyanti, S.Sos

Aktivis Pattiro Magelang, Fasda GTZ

17.30 – 19.30

Ishoma

19.30 – 22.30

Metode Pemahaman NDP

Andhito

22.30 – 24.00

Simulasi dan aplikasi teori

team

24.00 – 08.00

Istirahat

Rabu, 28 Mei 2008

08.00 – 12.00

Metode penyampaian sejarah HMI

Prof. Dr. Agussalim Sitompul (Sejarawan HMI)

12.00 – 13.00

Ishoma

13.00 – 15.00

Metode Penyampaian Kepemimpinan Manajemen dan Organisasi

Arif Gunawan, S.Pd.

Ketua Umum BADKO HMI Jateng-DIY

15.00 – 15.30

Isho

15.30 – 17.30

Kode Etik Perkaderan

Muladi, S.Sos (Mantan Direktur LPL Solo

17.30 – 19.30

Ishoma

19.30 – 22.30

Metode Penyampaian Konstitusi

Syarif Hidayat (Mantan Direktur BAKORDA BPL)

22.30 – 24.00

Simulasi dan Aplikasi teori

Team

24.00 – 08.00

Istirahat

Kamis, 29 Mei 2008

08.00 – 10.00

Metode penyampaian mission

Fajar R Zulkarnaen (Ketum PB HMI)

10.00 – 12.00

Merencanakan training yang menggugah

Q-Management Training Center

12.00 – 13.00

Ishoma

13.00 – 15.00

Perencanaan Training HMI

Agus Sulis, S.E. M.M.

15.00 – 15.30

Isho

15.30 – 17.30

Metode Follow Up Perkaderan

Kabul Hermawan

17.30 – 19.30

Ishoma

19.30 – 22.30

Metode Penyampaian Ansos

Zainal Abidin (Dir. LSM SARI)

22.30 – 24.00

Simulasi dan Aplikasi Teori

Team

24.00 – 08.00

Istirahat

Jumat, 30 Mei 2008

NDP Session

08.00 – 11.00

Filsafat Ilmu

Salman Nasution (mantan Direktur LPL HMI Cabang Bulaksumur, Rauzan Fiqr Jogja)

11.00 – 13.00

Ishoma

13.00 – 16.00

Dasar-Dasar Kepercayaan, Nubuwwah

Furqon (Bandung)

16.00 – 16.30

istirahat

16.30 – 18.00

Praktik Penyusunan Sindikat

MOT

18.00 – 19.30

Ishoma

19.30 – 21.30

Manusia dan nilai-nilai kemanusiaan

Bang Muhammad Azhar (Dosen UMY)

21.30 – 24.00

Kemerdekaan Manusia, Keharusan Universal, Hakikat Penciptaan, Ekskatologi dan konsekuensi dalam Kehidupan

Bang Chumaidi Syarif Romas (Mantan Ketum PB HMI)

24.00 – 01.30

Praktik Penyusunan Sindikat

MOT

01.30 – 08.00

Istirahat

Sabtu, 31 Mei 2008

08.00 – 12.00

Islam, Wacana Ideologi dan Tawaran NDP atas Perubahan Sosial dan Gerakan Sosial HMI

Imam Iqbal (Mantan Direktur LPL HMI Cabang Jogja)

12.00 – 13.00

Istirahat

13.00 – 15.00

Lanjutan Materi

15.00 – 15.30

Istirahat, Sholat

15.30 – 18.00

Sains Islam dan Pembangunan Peradaban

Abdul Basith (Dosen STAIN Purwokerto)

18.00 – 19.30

Ishoma

19.30 – 24.00

Post Test

MOT

24.00 – 08.00

Istirahat

Minggu, 1 Juni 2008

07.00 – 08.00

Persiapan Penutupan

08.00 – 10.00

Penutupan

10.00 – 13.00

Diskusi

Masa Depan Ummat ditengah Problematika Pluralitas Beragama

v Dr. Umar Ibrahim (Dosen Paramadina, STAIN Surakarta)

v Ketua PD Muhammadiyah Karanganyar

v Aminullah Yunus (Mantan Ketum BADKO HMI Jateng – D.I. Y)

13.00 – selesai

Sayonara, Wisata


Lampiran

Persyaratan Peserta

1. Telah lulus LK II dibuktikan dengan sertifikat

2. Membawa surat mandat dari cabang yang bersangkutan

3. Membuat sindikat wajib NDP dan sindikat pilihan

Sindikat pilihan :

a) Konstitusi

b) KMO

c) Mission

d) Sejarah

e) Analisis Sosial/ Teori-Teori Tentang Perubahan Sosial

f) Ideologi Politik Kontenporer

Sindikat digandakan rangkap tiga dengan menyertakan softdata.

4. Membawa past foto ukuran 3 X 4 sejumlah 4 lembar

5. Membayar kontribusi peserta sebesar 100.000,00

6. Berpakaian rapi

Bagi Putra : Berpakaian rapi baju (kemeja) dengan krah, lengkap dengan sabuk dan sepatu, selana berbahan kain non jeans.

Bagi Putri : Pakaian sopan dengan node yang menutup lutut dan lengan serta tidak ketat, memakai sepatu.

7. Membawa Al Qu’ran terjemahan.

8. Membawa Konstitusi HMI.

9. Membawa buku referensi sindikat minimal tiap sindikat 5 buku referensi (harus diperlihatkan ketika melakukan registrasi).

10. Hanya Peserta yang memenuhi keseluruhan persyaratan administrasilah yang diperbolehkan mengikuti screening.

11. Peserta Training SC adalah yang dinyatakan lolos screening dan tidak ada screening berjalan.


2 Tanggapan to “Training SC Tingkat Nasional”


  1. 1 bplhmijatengdiy
    Mei 9, 2008 pukul 9:32 pm

    BOLEH DONG IKUTAN… WOW KEREN


Tinggalkan komentar


Mei 2008
S S R K J S M
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031