Training Senior Course (SC) Tingkat Nasional Bakorda BPL HMI Badko Jateng-DIY bekerjasama dengan BPL HMI Cabang Surakarta
Nama Kegiatan
Training Senior Course (SC) Tingkat Nasional Bakorda BPL HMI Badko Jateng-DIY bekerjasama dengan BPL HMI Cabang Surakarta
Latar Belakang Kegiatan
Kejumudan menjadi kata akhir dari setiap perbincangan perkaderan di HMI. Baik dalam perbincangan pergerakan, organisasi maupun pemikiran keumatan kebangsaan, kejumudan menjadi hasil akhir pertbincangan. Telah sekian lama organisasi ini terjerembab dalam kebekuan pikir. Pasca Nuscholis Madjid, Ahmad Wahib, Johan Effendi yang muncul sebagai generasi pendobrak tradisionalism pemikiran Islam, generasi tokoh dan Politisi semacam Akbar Tanjung, Fuad Bawazier, Ismail Hassan Metarium, kita telah kehilangan beberapa lembaran masa dan decade. Imbasnya bahwa saat ini kita telah kehilangan profil perkaderan yang iinginkan oleh organisasi-negara-bangsa ini.
Aktivitas panjang dari organisasi HMI telah mengalami masa-masa kejumudan. Baik dalam tataran ide dan tindakan (praksis) maupun kejumudan dialektika. Dibeberapa hal terjadi akibat adanya keterputusan nilai idealitas dan tataran tindakan dan pola perbuatan. Keterputusan epistemology ini terjadi akibat kurang kuatnya bangunan dasar ontologis yang dibentuk oleh organisasi ini. Menjadi PR besar bagi lembaga perkaderan di lingkup HMI untuk menjadi garda depan proses ideologisasi organisasi ini. Artinya jika proses ideologisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya maka lumprah jika proses tindakan kader akan berjalan tanpa batasan yang semestinya.
Dalam konteks perkaderan HMI maka ada beberapa koreksi yang harus dilakukan berkaitan dengan kesesuaian antara konsep perkaderan dengan capaian kader yang diinginkan oleh HMI. Mengibaratkan konsep perkaderan HMI yang ada saat ini, tentu saja tidak bisa diibaratkan sebagai mesin yang mampu mencetak kader sesuai cetakan yang diinginkan. Meskipun idealnya hasil harus identik dengan blueprint yang diinginkan dari cetakan tersebut.
Memandang proses perkaderan bukanlah mengidentikkan mesin produksi dari industri yang melahirkan produk sesuai prosesannya. Dan fungsionaris perkaderan (para ideology, trainer) bukanlah buruh pabrik yang hanya menjadi pengawas proses yang berjalan. Mengidentikkan proses perkaderan dengan mesin sama saja menempatkan perkaderan kita sebagai sebuah bentuk aktivitas passif yang berjalan. Sehingga cetakan perkaderan adalah cetakan passif yang anti dialektik dan cenderung menempatkan perkaderan sebagai bentuk penunggalan dimensi hasil olahan manusia. Disadari atau tidak kejumudan organisasi ini telah menempatkan ruang-ruang perkaderan sebagai aktivitas jumud dan sama sekali tidak menarik karena hanya menjadi formalitas organisasi yang sama sekali tidak diberi gambaran visioning.
Pada akhirnya pedoman perkaderan memang hanya menjadi ruang yang sama sekali tertutup dari proses dialektika bagi pengembangan organisasi ini. Sekali lagi jika diibaratkan mesin, maka perkaderan HMI adalah mesin yang dipaksa menghasilkan kader-kader dengan prototype sama dan sebentuk meskipun tuntutan kebutuhan sudah berubah. Sebagai penggambaran sederhana, definisi tentang kader pembela Mustadz’afin harusnya kontekstual bukan tekstual unhistoris. Sebab selayaknya bahwa jaman meniscayakan perubahan. Kondisi perjuangan kemerdekaan, pembangunanisme tentu pembacaannya berbeda dengan kondisi kungkungan globalisasi dan neoliberalisme seperti yang terjadi saat ini. Jika tidak alih-alih menciptakan generasi profetik (kenabian) yang membela kaum tertindas dan lemah, malah perkaderan HMI hanya menjadi salah satu fungsi Ideological state apparatus (ISA) Negara sebagaimana diungkapkan oleh Louis Althusser, bersama-sama dengan institusi-institusi lainnya seperti keluarga, agama, sekolah dan lain-lain. ISA bekerja berdampingan dengan Repressive State Apparatus (RSA) yaitu militer dan kepolisian. Padahal State sudah bergeser dari statusnya sebagai The Guard of Nation menjadi The Guard of Capital. Mencermati hal tersebuit tentu saja seharusnya pembacaan perkaderan HMI harus pula bergeser.
Sebagaimana yang tertuang dalam pedoman perkaderan disebutkan bahwa definisi tentang dimensi kekhalifahan sebagaimana yang diinginkan dari perkaderan HMI meliputi tugas-tugas kenabuan untuk membentuk masyarakat yang menjunjung tinggi persaudaraan universal (universal brotherhood), egaliter, demokratis, social justice, dan berkeadaban (social civilization) serta istiqomah untuk memperjuangkan pembebasan kaum tertindas (mustadz’afin). Perkaderan HMI memang menuntut terbentuknya profil kader Profetik yang berpihak pada masyarakat salnya terbentuk. Sebab organisasi ini bukan semata organisasi perjuangan melainkan juga organisasi perjuangan.
Menjadi dialektika menarik ketika definisi tentang profil khalifatullah fiil ard ini kita hubunganbkan dengan kutipan berikutnya dari pedoman Perkaderan HMI bagian 3.3 tentang pengabdian kader disebutkan sebagai berikut :
“dalam rangka meningkatkan upaya mewujudakan masayarakat adil dan makmur yang diridloi oleh Allah swt, maka diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pengabdian kader. Pengabdian kader merupakan penjabaran dari pernan HMI sebagai organisasi perjuangan.
Terjadi pergeseran yang sangat tajam seperti yang terjadi pada state, di awal berdirinya adalah ideologi keberpihakan kepada kelas tertindas tapi kemudian bergeser menjadi Apparatus pembangunanisme orde baru. Bahkan setelah rezim orde baru tumbang dan bergeser ke masa yang katanya reformasi, Perkaderan HMI tidak mengalami pergeseran yang berarti. Kita tidak menemukan bentuk baru atas profil perkaderan kita selain penyiapan sekrup-sekrup kekuasaan baru.
Catatan dari pedoman pengkaderan di atas hanya sebagian teks-teks normatif yang bisa ditelusuri untuk mencari titik perselingkuhan HMI dengan pembangunanisme. Nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang menjadi basis teologis HMI misalnya, dengan epistemologi bayani-nya sangat teosentris dan teologinya adalah teologi pembangunan, bukan teologi perlawanan atau semacamnya.
Lebih dari itu akibat pengaburan ISA dalam teologisasi Perjuangan HMI ini HMI tidak lagi memiliki karakter kader yang mampu menjawab kebutuhan profetik jaman. Bisa jadi inilah jawaban atas pertanyaan keterputusan epistemologis HMI. Kita tidak memiliki gambaran karakter yang nyambung dengan landasan epistemologis yang kita pilih sendiri. Mau tidak mau kita harus mengatakan bahwa ada persoalan di konseptual perkaderan kita.
Apa akibat dari ketidakyambungan epistemologis ini? Beberapa gambaran realitas obyektif yang terjadi di organisasi menempatkan ruang perkaderan sebagai aktivitas organisasi yang harus dilalui untuk mencapai targetan structural yang ada di organisasi. Bukannya mengatakan hal tersebut tidak baik, tetapi dalam konteks ideal hal tersebut selayaknya menjadi konsekuensi bukan keniscayaan (necessity). Inilah alasan bahwa ruang perkaderan hanyalah menjadi milik beberapa orang yang tersadarkan dan tidak terlalu merasa butuh akan ruang pengembangan struktrur sebagai bentuk mobilitas vertical kader HMI. Bukankah memang para ideology di HMI selamanya hanya akan menjadi polisi demarkasi kebenaran organisasi ini. Kalaupun sudah tidak menjadi anggota HMI (alumni) maksimal hanya mentok menjadi tokoh pemikiran anama atau bapak bangsa ini. Lihat saja profil kader Johan Effendi, Moeslim Abdurrahman dsb. Bukankah kader HMI lebih bangga menyebutkan profil kader politik dibandingkan menyebutkan profil kader seperti beliau berdua.
Fakta lainnya bahwa kader kita tidak lagi ada yang mampu menjadi Ummy bagi para kaum tertindas, tidak terdidik, kaum miskin yang mampu menyimbol menjadi ikon perkaderan HMI. Beberapa pilihan kader HMI untuk berjuang di kelompok marginal hanya jadi pilihan pahit yang jarang dilirik.
Tentu saja kalau boleh jujur mengatakan, tidak ada ummy yang mengebiri hak-hak anaknya sendiri, apalagi mengangkangi, membodohi dan menjadikan anaknya sebagai batu loncatan bagi keberhasilan vertikalnya sendiri. Jika ingin mencontoh peran nabi sebagai ummy bagi kaumnya maka selayaknya kader HMI harus dicetak menjadi kader-kader yang siap untuk kembali ke basis asalnya, yakni kaum tertindas (mustadz’afin).
Pertanyaannya apa yang harus dilakukan ditengah kondisi kejumudan (akibat aktivitas passif) ini.
Ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan penting. Pertama bahwa kondisi harusnya tidak membuat kita menjadi stagnan. Minimal menjadi stagnan dalam bergerak dan kritis terhadap kondisi ini. Apapun alasannya pilihan untuk bergerak dan idealis adalah harga mati untuk membangun kembali perkaderan HMI ini. Kedua bahwa kita harus mulai meluruskan kembali konsep-konsep ketidaknyambungan arah ini menuju jalan yang semestinya. Selama HMI tidak bisa menjawab tantangan kebutuhan maka selamanya pula HMI tidak lagi menjadi Harapan Masyarakat Indonesia, sebagaimana yang diungkapkan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. HMI hanya akan menjadi katub politik baru bagi mobilitas vertical kader-kadernya. Selayaknya pembentukan kader profetik yang menjadi ummy bagi kelas social dan masyarakatnya menjadi pilihan atas kejumudan ini. Dan awal dari langkah tersebut adalah membangun basis perkaderan yang profetik dan mampu menjawab tuntutan kebutuhan kaum Mustadz’afin Negara bangsa ini.
Persoalan kejumudan, stagnasi dialektika, pengarastunggalan perkaderan structural politis, tarikan kepentingan Negara dalam balutan ISA memang menjadi kepastersendiri dari aktivitas perkaderan kita. Dan itu bukanlah persoalan yang bisa selesai satu atau dua hari lamanya. Bahkan dalam hitungan tahun belum tentu bisa teratasi.
Meminjam kembali istilahnya Sartre, kita harus melakukan passivitas aktif. Kita harus aktiv ditengah cetakan pasif yang ada ini. Artinya kita membangun kembali egalitarian perkaderan dan pengembalian konsepsi perkaderan ke dasar awal kelahirannya. Mengembalikan perkaderan menjadi sosok dan profil yang profetik, ummy sebagaimana yang diamanatkan oleh landasan teologis organisasi ini. Perkaderan yang siap mencetak kader-kader basis yang mampu menjawab kebutuhan marginalisasi masyarakat.
Wilayah perkaderan Himpunan yang ujung tombknya ada di Badan Pengelola Latihan (BPL) harus menyiapkan dirinya menjadi para pendidik dan ideolog yang siap membebaskan kader dari keterkungkungan sistim dan kapitalistik idelogi Negara. Dan tentu saja langkah pertamanya adalah menyiapkan tenaga-tenaga tersebut.
Training SC yang didahului dengan seminar perkaderan tentang penggagasan definisi Mustadz’afin Perkaderan HMI semoga menjadi langkah awal yang mencoba menjawab keterputusan epistemologis ini.
Tema Kegiatan
‘Passivitas Active’
Mendobrak Kebuntuan Perkaderan HMI.
Maksud dan Tujuan
Seminar umum memformat Perkaderan:
ÿ Redefinisi Peran Perjuangan dan Perkaderan HMI guna penemuan Profil Perkaderan.
ÿ Pembangunan jaringan strategis perkaderan HMI kedepan
ÿ Kerangka kerja bersama
Training SC:
ÿ Regenerasi tenaga trainer HMI pada umumnya dan HMI Cabang Surakarta pada khususnya.
ÿ Membentuk tenaga training yang mendukung upaya pembangunan karakteristik kader perjuangan HMI
ÿ Memberikan pemahaman dan kemampuan teknis pengelolaan latihan baik formal organisasi maupun training lainnya.
Sasaran Kegiatan
Target yang ingin dicapai dalam Seminar umum memformat Perkaderan:
ÿ Terbangunnya lingkar jaringan perkaderan dan kerangka kerja bersama Perkaderan Profetik Kerakyatan HMI.
ÿ Tercetaknya tenaga trainer HMI yang memiliki pemahaman dan kemampuan teknis pengelolaan latihan baik formal organisasi maupun training lainnya.
Sasaran yang ingin dicapai
ÿ terbentuknya jaringan lingkar perkaderan HMI yang Profetik Kerakyatan
ÿ Stake Holder Perkaderan HMI pada umumnya dan HMI Cabang Surakarta pada khususnya
ÿ Terbentuknya para peserta menjadi tenaga training yang handal dalam pengelolaan training formal HMI maupun training lainnya.
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini meliputi dua hal kegiatan:
Seminar umum memformat perkaderan berbentuk diskusi panel, diskusi partisipatoris, dll yang disepakati oleh peserta yang berorientasi pada pembangunan jaringan lingkar perkaderan. Sebagai tindak lanjut kegiatan ini adalah pengelolaan jaringan yang konsepnya disepakati oleh para peserta, bisa berupa web site bersama, kajian rutin bersama, kerangka kerja bersama dan lain-lain.
Training Senior Course berupa kegiatan diskusi, ceramah partisipatoris, simulasi, pertrainingan semu.
Pelaksanaan Kegiatan
Seminar bertempat di Aula Dewan DPRD Kabupaten Karanganyar
Training SC bertempat di Balai Latihan DISNAKERTRANS Propinsi Jawa Tengah
Kegiatan akan dilaksanakan pada hari Ahad – Ahad, 25 mei 2008 sampai dengan 1 juni 2008
Peserta Kegiatan
Peserta Seminar
ÿ Stake Holder Perkaderan HMI (PB HMI, Bakornas BPL, Bakorda BPL Jateng-DIY, Badko Jateng DIY, Cabang-Cabang, Komisariat di lingkup HMI Cabang Surakarta dan Sukoharjo)
ÿ Perwakilan BPL yang diundang
ÿ Alumni HMI
ÿ Undangan Umum Lainnya
ÿ Masyarakat
Peserta Training SC
Delegasi HMI Cabang Se-Indonesia yang diundang
Susunan Panitia
Terlampir
Estimasi Dana
Terlampir
Susunan Acara
Terlampir
Persyaratan Peserta
Terlampir
Penutup
Kegiatan ini merupakan wujud kepedulian kami terhadap proses perkaderan di HMI yang mengalami masa kejumudan. Semoga ini menjadi passivitas aktif atas aktivitas passif perkaderan yang telah berlangsung cukup lama.
Dalam melaksanakan kegiatan ini, tentu saja peran serta berbagai pihak sekalian sangatlah kami harapkan demi kelancaran kegiatan ini, baik selama proses pelaksanaan kegiatan ini maupun kedepan dalam rangka pengembangan jaringan strategis perkaderan Profetik.
Semarang, 26 Rabiulawal 1429 H
3 April 2006 M
Panitia Pelaksana
Seminar Umum dan Training SC
tingkat Nasional
BAKORDA BPL BADKO HMI JATENG–DIY
BPL HMI Cabang Surakarta
M Ali Ridho Rizkyasri Suminar Putri
Ketua Sekretaris
Mengetahui,
BAKORDA BPL
BADKO HMI Jateng-D.I.Y
RAHMAD WINARTO
DIREKTUR
LAMPIRAN
SUSUNAN PANITIA
Penanggung Jawab
Katua Umum Badko HMI Jateng-DIY : Arif Gunawan
Direktur Bakorda BPL HMI Jateng-DIY : Rahmad Winarto
Direktur BPL HMI Cabang Surakarta : Huda Hardiyanto
Panitia Pelaksanaan
|
Master Of Training |
|
|
|
Rahmad Winarto Imam Subqi Huda Hardiyanto Caur Riris YP Muhammad Zainal Arifin |
|
|
|
Steering Committee |
|
|
|
Agus Setiyoko Endang Retnoningsih Eko Prasetyo Eko Syamsudin M Hassan Qulyani Eka Nada Shofa A Abdul Hamid Prihadmono Habibie M Ali Ridho (ex officio) |
|
|
|
Organizing Committee |
|
|
|
Ketua Panitia M Ali Ridho Sekretaris Rizkyasri Suminar Putri Bendahara Qurrota A’yunin |
|
|
|
Sie Acara Yaser Arafat Rocky Haris Aldian Andrew Wirawan Dwi Iswandari Okky Media Fajar M Syaifuddin |
|
Sie Konsumsi Ipho Adhit Rafita Aviv Tri W |
|
Sie Dekorasi, Dokumentasi dan Publikasi Tengku Marliansyah M Solichin Mayang Mayurantika M Hayin Amin |
|
Sie Perijinan Sufyedi Refi Ronggo |
|
Sie Dana Usaha Dimas Nizar Didit Suryo Leksono Tony Wicaksono Anung Razaini Fajar M Saiful |
|
Sie Perlengkapan Buyung Brestyara Ganindya Asisca
|
Lampiran
MANUAL ACARA
Seminar umum
Memformat Gerakan HMI
Masa Depan
Tanggal pelaksanaan |
Materi pelatihan |
Penanggung jawab |
Minggu 25 Mei 2008 |
||
07.00 – 08.00 |
Registrasi Peserta |
Panitia |
08.00 – 09.00 |
1. Acara Pembukaan 2. Pembukaan 3. Pembacaan Ayat Suci Al Qur’an 4. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne HMI 5. Sambutan-sambutan · Ketua panitia · Direktur BPL · Direktur BAKORDA BPL · Katua Umum BADKO HMI sekaligus membuka Acara 6. Doa 7. Penutup |
panitia |
09.00 – 12.00 |
Seminar I Menuju Peran Strategis Mahasiswa dalam pembangunan civil society (curah pendapat dengan stake holder dan masyarakat) Ketua DPRD Karanganyar Ibnu Mahmud (Ketua MASIKA ICMI Pusat) Ibnu Subarkah (Perwakilan Generasi Muda) M Yamin (Akademisi, Dekan FH UNS) |
Steering Commite |
12.00 – 13.00 |
Ishoma |
|
13.00 – 17.00 |
SEMINAR II Format Kepemimpinan Masa Depan (Dalam Kerangka Keumatan-Kebangsaan) 1. Dr. Akbar Tanjung (Tokoh Nasional) 2. DR. Aidul Fitrisiada Azhari, SH. MH.(Pengamat Politik dan Hukum, Dekan FH UMS) 3. Prof. Dr. Ustman Abu Bakar (Ketua STAIN Surakarta) |
Steering Commite |
17.00 – 19.30 |
Ishoma |
|
19.30 – 23.00 |
SEMINAR III Kebangkitan Nasional dan Kepemimpinan Bangsa Masa Depan (Refleksi atas 100 tahun kebangkitan nasional) 1. MT Arifin (Pengamat Militer Nasional) 2. Arya Bima (Tokoh Nasional) 3. M Yulianto, S.Sos, M.Si. (Mantan Ketum BADKO HMI Jateng-D.I.Y) |
Steering Commite |
23.00 – 02.00 |
Akan dibawa kemana Perjuangan Organisasi Ini Ahmad Natsir, Imam Syafi’i, Sukri SM, Arief Babhair (membincang Gerakan HMI dan Format Perkaderannya) |
Steering Commite |
Lampiran
MANUAL ACARA
Tanggal pelaksanaan |
Materi |
Mentor dan Pembicara |
Screening Peserta |
||
Kamis – sabtu 22 Mei – 24 Mei |
||
Minggu, 25 Mei 2008 |
||
08.00 – 09.00 |
Pembukaan |
Panitia |
|
Mengikuti rangkaian acara seminar |
|
Senin, 26 Mei 2008 |
||
08.00 – 09.00 |
Kontrak belajar |
|
09.00 – 12.00 |
Pengantar Filsafat Pendidikan |
Rohadi (Insist Jogja, SUSDEK LPTP) |
12.00 – 13.00 |
Ishoma |
|
13.00 – 15.00 |
Didaktik Metodik |
Prof Dr. Rafik Karsidi (PR I UNS, Mantan Ketua BADKO Jateng-D.I.Y) |
15.00 – 15.30 |
Isho |
|
15.30 – 17.30 |
Metode Ice Breaking |
Sakdiah Makruf (Pegiat LSM Kakak) |
17.30 – 19.30 |
Ishoma |
|
19.30 – 22.30 |
Metode Andragogi |
Dodot Widodo (Mantan Bendum Badko HMI Jateng-DIY) |
22.30 – 24.00 |
Simulasi dan Aplikasi Teori |
Team |
24.00 – 08.00 |
Istirahat |
|
Selasa, 27 Mei 2008 |
||
08.00 – 12.00 |
Aplikasi Pedoman Perkaderan HMI |
Hasbullah Ketua Umum Bakornas BPL |
12.00 – 13.00 |
Ishoma |
|
13.00 – 15.00 |
Sistim Evaluasi Training |
Hasbullah Ketua Umum Bakornas BPL |
15.00 – 15.30 |
Isho |
|
15.30 – 17.30 |
Panduan menjadi fasilitator FGD |
Ermy Sri Ardhiyanti, S.Sos Aktivis Pattiro Magelang, Fasda GTZ |
17.30 – 19.30 |
Ishoma |
|
19.30 – 22.30 |
Metode Pemahaman NDP |
Andhito |
22.30 – 24.00 |
Simulasi dan aplikasi teori |
team |
24.00 – 08.00 |
Istirahat |
|
Rabu, 28 Mei 2008 |
||
08.00 – 12.00 |
Metode penyampaian sejarah HMI |
Prof. Dr. Agussalim Sitompul (Sejarawan HMI) |
12.00 – 13.00 |
Ishoma |
|
13.00 – 15.00 |
Metode Penyampaian Kepemimpinan Manajemen dan Organisasi |
Arif Gunawan, S.Pd. Ketua Umum BADKO HMI Jateng-DIY |
15.00 – 15.30 |
Isho |
|
15.30 – 17.30 |
Kode Etik Perkaderan |
Muladi, S.Sos (Mantan Direktur LPL Solo |
17.30 – 19.30 |
Ishoma |
|
19.30 – 22.30 |
Metode Penyampaian Konstitusi |
Syarif Hidayat (Mantan Direktur BAKORDA BPL) |
22.30 – 24.00 |
Simulasi dan Aplikasi teori |
Team |
24.00 – 08.00 |
Istirahat |
|
Kamis, 29 Mei 2008 |
||
08.00 – 10.00 |
Metode penyampaian mission |
Fajar R Zulkarnaen (Ketum PB HMI) |
10.00 – 12.00 |
Merencanakan training yang menggugah |
Q-Management Training Center |
12.00 – 13.00 |
Ishoma |
|
13.00 – 15.00 |
Perencanaan Training HMI |
Agus Sulis, S.E. M.M. |
15.00 – 15.30 |
Isho |
|
15.30 – 17.30 |
Metode Follow Up Perkaderan |
Kabul Hermawan |
17.30 – 19.30 |
Ishoma |
|
19.30 – 22.30 |
Metode Penyampaian Ansos |
Zainal Abidin (Dir. LSM SARI) |
22.30 – 24.00 |
Simulasi dan Aplikasi Teori |
Team |
24.00 – 08.00 |
Istirahat |
|
Jumat, 30 Mei 2008 NDP Session |
||
08.00 – 11.00 |
Filsafat Ilmu |
Salman Nasution (mantan Direktur LPL HMI Cabang Bulaksumur, Rauzan Fiqr Jogja) |
11.00 – 13.00 |
Ishoma |
|
13.00 – 16.00 |
Dasar-Dasar Kepercayaan, Nubuwwah |
Furqon (Bandung) |
16.00 – 16.30 |
istirahat |
|
16.30 – 18.00 |
Praktik Penyusunan Sindikat |
MOT |
18.00 – 19.30 |
Ishoma |
|
19.30 – 21.30 |
Manusia dan nilai-nilai kemanusiaan |
Bang Muhammad Azhar (Dosen UMY) |
21.30 – 24.00 |
Kemerdekaan Manusia, Keharusan Universal, Hakikat Penciptaan, Ekskatologi dan konsekuensi dalam Kehidupan |
Bang Chumaidi Syarif Romas (Mantan Ketum PB HMI) |
24.00 – 01.30 |
Praktik Penyusunan Sindikat |
MOT |
01.30 – 08.00 |
Istirahat |
|
Sabtu, 31 Mei 2008 |
||
08.00 – 12.00 |
Islam, Wacana Ideologi dan Tawaran NDP atas Perubahan Sosial dan Gerakan Sosial HMI |
Imam Iqbal (Mantan Direktur LPL HMI Cabang Jogja) |
12.00 – 13.00 |
Istirahat |
|
13.00 – 15.00 |
Lanjutan Materi |
|
15.00 – 15.30 |
Istirahat, Sholat |
|
15.30 – 18.00 |
Sains Islam dan Pembangunan Peradaban |
Abdul Basith (Dosen STAIN Purwokerto) |
18.00 – 19.30 |
Ishoma |
|
19.30 – 24.00 |
Post Test |
MOT |
24.00 – 08.00 |
Istirahat |
|
Minggu, 1 Juni 2008 |
||
07.00 – 08.00 |
Persiapan Penutupan |
|
08.00 – 10.00 |
Penutupan |
|
10.00 – 13.00 |
Diskusi Masa Depan Ummat ditengah Problematika Pluralitas Beragama v Dr. Umar Ibrahim (Dosen Paramadina, STAIN Surakarta) v Ketua PD Muhammadiyah Karanganyar v Aminullah Yunus (Mantan Ketum BADKO HMI Jateng – D.I. Y) |
|
13.00 – selesai |
Sayonara, Wisata |
Lampiran
Persyaratan Peserta
1. Telah lulus LK II dibuktikan dengan sertifikat
2. Membawa surat mandat dari cabang yang bersangkutan
3. Membuat sindikat wajib NDP dan sindikat pilihan
Sindikat pilihan :
a) Konstitusi
b) KMO
c) Mission
d) Sejarah
e) Analisis Sosial/ Teori-Teori Tentang Perubahan Sosial
f) Ideologi Politik Kontenporer
Sindikat digandakan rangkap tiga dengan menyertakan softdata.
4. Membawa past foto ukuran 3 X 4 sejumlah 4 lembar
5. Membayar kontribusi peserta sebesar 100.000,00
6. Berpakaian rapi
Bagi Putra : Berpakaian rapi baju (kemeja) dengan krah, lengkap dengan sabuk dan sepatu, selana berbahan kain non jeans.
Bagi Putri : Pakaian sopan dengan node yang menutup lutut dan lengan serta tidak ketat, memakai sepatu.
7. Membawa Al Qu’ran terjemahan.
8. Membawa Konstitusi HMI.
9. Membawa buku referensi sindikat minimal tiap sindikat 5 buku referensi (harus diperlihatkan ketika melakukan registrasi).
10. Hanya Peserta yang memenuhi keseluruhan persyaratan administrasilah yang diperbolehkan mengikuti screening.
11. Peserta Training SC adalah yang dinyatakan lolos screening dan tidak ada screening berjalan.
BOLEH DONG IKUTAN… WOW KEREN